Adanya arus kapitalisme yang terjadi pada sekitar abad pertengahan menimbulkan kesenjangan sosial dalam pemerintahan dengan masyarakat,,,
keadaan demikian membuat para pemikir bersikeras ingin tyerjadi perubahan,,
perubahan itu ditandai dengan munculnya paham sosialis,,,
A. Pengertian Sosialisme
Sosialisme adalah suatu paham yang menghendaki segala sesuatu yang harus diatur bersama dan hasilnya dinikmati bersama-sama. Dengan kata lain, sosialisme adalah paham yang menghendaki kemakmuran bersama.
Membahas sosialisme, tentu kurang lengkap jika tanpa mengupas aspek penyebab lahirnya isme yang dibahas dalam buku “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah”, karya Michael H. Hart. Membahas tentang sosialisme tentunya tidak bisa tanpa menyentuh kapitalisme, karena pada hakekatnya sosialisme merupakan reaksi terhadap kapitalisme. Sementara itu, jika kita mengulas kapitalisme, maka kita juga harus mengulas tentang feodalisme sebagai “ibu” yang telah melahirkannya.
Sejarah feodalisme tidak bisa dipisahkan dengan Dark Ages (Jaman Kegelapan) yang pada abad ke-5 tengah melanda Eropa. Feodalisme juga memicu lahirnya tuan-tuan tanah yang menggarap tanah mereka hanya untuk peningkatan hasil atau produksi semata tentu saja hal tersebut dilakukan para tuan tanah untuk menjaga “hubungan baik” mereka dengan bangsawan yang tanahnya mereka sewa, tanpa mempedulikan kesejahteraan buruh dan petani penggarap tanah mereka.
Feodalisme sebagai upaya untuk mengatasi keterpurukan Eropa, memang berhasil mengeluarkan Eropa dari Dark Ages sekalipun mengorbankan petani dan buruh. feodalisme yang mulanya membangun kultur Eropa itu pun mengalami perubahan seiring dengan munculnya gerakan renaissance yang disponsori oleh kaum borjuis. Renaissance sebenarnya merupakan reaksi dari feodalisme yang telah menindas buruh dan petani. Renaissance juga merangsang pemikir-pemikir yang awalnya berada di bawah tekanan dogmatis gereja untuk tampil mengemukakan pikiran-pikirannya. Salah satunya adalah Nikolaus Copernicus yang menyatakan bahwa bumi sebenarnya bulat seperti bola. Teori Copernicus salah satu faktor munculnya kolonialisme dan imperialisme sebagai turunan dari feodalisme. Kolonialisme dijadikan sebagai jalan bagi Eropa untuk memperkuat perekonomiannya. Sama dengan feodalisme, kolonialisme juga merupakan kolaborasi antara penguasa, bangsawan, pemilik modal besar (kapitalis). Dari waktu ke waktu, terbukti bahwa kolonialisme berhasil memperderas aliran emas dan rempah-rempah ke pasaran Eropa, yang pada gilirannya membuahkan keuntungan yang fantastis bagi penguasa, bangsawan, dan kapitalis. Kolonialisme atau imperialisme ternyata juga diiringi dengan majunya khasanah ilmu pengetahuan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan tersebut tidak lepas dari pengaruh renaissance. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membuat Eropa mengalami revolusi industri.
Revolusi industri juga berperan memodernisasi kapitalisme. Kapitalisme yang mulanya hanya berkutat sebagai produsen pengolah bahan mentah, sejak penemuan-penemuan mesin-mesin tersebut telah berubah menjadi pedagang sekaligus distributor. Ini terjadi karena ada serangkaian proses produksi yang berhasil diringkas oleh mesin-mesin canggih saat itu. Sementara itu, pesatnya laju revolusi industri makin mempertinggi posisi tawar kaum pemodal terhadap kaum pekerja. Penggunaan mesin-mesin pada akhirnya meminimalkan peranan pekerja. Peran pekerja yang sebagaian besar telah diganti dengan mesin-mesin itu, membuat kaum pemodal berpikir tentang efisiensi dengan cara mengurangi jumlah pekerja. Besarnya jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaanya ini telah membawa beberapa dampak. Salah satu dampaknya, kelas pemodal makin leluasa menentukan upah pekerja. Kelas pekerja yang posisi tawarnya rendah, rela menerima upah rendah yang telah ditetapkan oleh kelas pemodal. Keadaan ini makin mempertajam kesenjangan hubungan antara kaum pemodal dengan kelas pekerja. Kesenjangan tersebut tidak hanya memicu munculnya pengangguran, kemiskinan, kejahatan serta masalah-masalah sosial lainnya. Tajamnya kesenjangan ini juga mengundang lahirnya pikiran-pikiran kritis yang menentang arogansi kaum pemodal. Akhirnya, pikiran-pikiran kritis tersebut mendorong lahirnya sebuah isme (paham), yakni sosialisme.
Secara luas, sosialisme merupakan paham yang menentang kemutlakan hak milik pribadi. Hak milik pribadi terutama yang terkait dengan hal-ikwal produksi diubah menjadi hak komunal (masyarakat).
B. Latar Belakang Lahirnya Sosialisme
Sosialisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme, hal ini dikarenakan kaum kapitalis berkolaborasi atau menjalani suatu perjanjian dengan kaum feodal dimana raja atau Negara memberi pinjaman tanah kepada bangsawan untuk mengeluarkan Eropa dari zaman kegelapan. Bangsawan yang memperoleh pinjaman tanah tersebut kemudian menyewakan tanah pinjaman itu kepada para petani dengan sistem bagi hasil atau sewa tenaga. Keadaan ini menyebabkan pengaruh bangsawan pada masa itu menjadi sangat besar. Bangsawan-bangsawan berupaya tetap memelihara hubungan baik mereka dengan Negara atau raja lewat berbagai cara, meski harus mengorbankan para buruh dan petani penggarap tanah mereka. Hubungan baik antara kaum feodal dengan kaum kapitalis memicu lahirnya tuan-tuan tanah yang menggarap tanah mereka hanya untuk peningkatan hasil atau produksi semata. Tentu saja hal tersebut dilakukan para tuan tanah untuk menjaga hubungan baik mereka dengan bangsawan yang tanahnya mereka sewa, tanpa mempedulikan kesejahteraan buruh dan petani penggarap tanah mereka. Peningkatan produksi yang tidak mempedulikan nasib buruh dan petani penggarap tanah ini, akhirnya bermuara pada makin melimpahnya kekayaan raja-raja atau penguasa. Hubungan baik antara kaum feodal dengan kaum kapitalis memang berhasil mengeluarkan Eropa dari Dark Ages sekalipun mengorbankan petani dan buruh. Terbukti pada masa Perang Salib (1096-1291) perdagangan Eropa muncul kembali. Hal ini ditandai dengan tampilnya kawasan Italia sebagai salah satu pusat penting perdagangan dunia pada masa itu.
Bangkitnya pusat perdagangan di Laut Tengah tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah kaum pengusaha kaya di kota-kota dagang yang biasanya disebut sebagai kaum Borjuis (Kaum Kapitalis). Banyaknya kaum borjuis pada masa itu, tidak hanya berpengaruh pada iklim perekonomian Eropa, tetapi juga berpengaruh pada sosio-kulturnya. Kultur feodalisme yang mulanya membangun kultur Eropa itu pun mengalami perubahan seiring dengan munculnya gerakan renaissance yang disponsori oleh kaum borjuis. Bangkitnya Eropa yang ditandai dengan bangkitnya kawasan Laut Tengah khususnya Italia sebagai salah satu pusat penting perdagangan dunia, ternyata tidak berlangsung lama. Pada tahun 1453, Kota Konstantinopel (Romawi Timur) jatuh ke dalam genggaman Turki yang diperintah Dinasti Usmani. Jatuhnya Konstantinopel ini mempengaruhi denyut nadi perdagangan Eropa karena seketika itu pula kawasan Laut Tengah berada di dalam kendali Turki. Keadaan ini memaksa Eropa untuk mencari daerah di luar kawasan Laut Tengah sebagai penopang perekonomian mereka. Pencarian daerah baru yang awalnya dilakukan sebagai jalan keluar atas penguasaan Laut Tengah oleh Turki, serta sebagai upaya alternatif untuk mencari komiditi dagang itu telah berubah tujuannnya. Jika awalnya hanya bermotif dagang semata, maka selanjutnya pencarian daerah baru tersebut bermotif perluasan kawasan dan penguasaan atau penjajahan daerah-daerah penghasil komiditi dagang (terutama emas dan rempah-rempah).
Laju aliran emas dan rempah-rempah yang dihasilkan oleh kolonialisme atau imperialisme ternyata juga diiringi dengan majunya ilmu pengetahuan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan tersebut tidak lepas dari pengaruh renaissance. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sejak masa renaissance, telah memperluas ruang aktualisasi personal rakyat Eropa pada umumnya. Di sisi lain, renaissance tidak hanya membawa aufklarung (pencerahan) bagi masyarakat Eropa, tetapi juga mengilhami banyak orang terutama pemikir untuk melakukan revolusi (perubahan) tatanan masyarakat, terutama pemerintahan. Aktualisasi personal di bidang ilmu pengetahuan telah memicu para cendikiawan pada masa itu untuk melakukan penelitian-penelitian. Sedangkan aktualisasi di bidang ekonomi telah mendorong rakyat Eropa terutama yang bermodal besar untuk berwiraswasta dalam skala besar. Minat berwiraswasta dalam skala besar tersebut bertemu dengan semangat para cendikiawan dalam melakukan penelitian. Seiring dengan laju hasil bumi yang menderas dari bumi jajahan, para pelaku wiraswasta skala besar (kapitalis) terus berpikir tidak hanya tentang bagaimana memperdagangkan hasil bumi jajahan tersebut ke pasaran Eropa. Mereka pun berpikir bagaimana hasil bumi itu diolah atau diindustrialisasi agar ragam barang dagangan mereka banyak. Industrialisasi yang ditujukan untuk memperbanyak jenis dagangan, ternyata hanya memberi kepuasan sementara kepada pemodal besar. Mereka pun berpikir tidak hanya kepada perbanyakan jenis dagangan, tetapi juga kepada percepatan proses produksi. Sebuah industrialisasi yang dapat mengolah hasil bumi jajahan dengan proses yang singkat, dengan hasil produk yang variatif, serta kuantitas produk siap jual banyak, merupakan kegelisahan pemodal besar pada saat itu.
Kegelisahan para kapitalis ini bertemu dengan semangat para cendikiawan. Kaum kapitalis memberikan suntikan dana bagi penelitian-penelitian para cendikiawan. Hasil dari relasi kaum kapitalis dan cendikiawan ini adalah penemuan-penemuan yang tidak hanya membawa keuntungan bagi kaum kapitalis, tetapi secara sosio-kultural membawa perubahan besar bagi peradaban Eropa. Beberapa penemuan yang menonjol diantaranya adalah Spinning Jenny (alat pemintal) yang diciptakan oleh James Hargreaves pada 1762, dan penemuan mesin uap oleh James Watt pada 1796. Mesin uap merupakan penemuan fenomenal yang penting, karena membawa perubahan besar dalam dunia industri. Selain itu, banyak cendikiawan yang terinspirasi penemuan James Watt ini. Beberapa diantaranya, Richard Trevitchik penemu lokomotif tenaga uap (1804), Robert Fulton penemu kapal tenaga uap, serta Cugnot & Daimler penemu mobil tenaga uap. Oleh banyak sejarawan, penemuan mesin uap James Watt ditetapkan sebagai titik awal Revolusi Industri.
Revolusi industri juga berperanan memodernisasi kapitalisme. Kapitalis yang mulanya hanya berkutat sebagai produsen pengolah bahan mentah, sejak penemuan-penemuan mesin-mesin tersebut telah berubah menjadi pedagang sekaligus distributor. Ini terjadi karena ada serangkaian proses produksi yang berhasil diringkas oleh mesin-mesin mutakhir kala itu. Kesadaran bahwa posisi mereka kian penting dan berpengaruh, telah menstimulasi kapitalis untuk mempengaruhi kebijakan penguasa negara. Pengaruh tersebut dilakukan oleh kaum pemodal agar penguasa negara makin meningkatkan intensitas kolonialisme dan imperialisme. Tujuannya jelas, kaum kapitalis ingin meningkatkan bahan mentah dari daerah jajahan dalam jumlah yang besar untuk menjamin stabilitas industrialisasi mereka, serta perolehan laba yang lebih besar. Tujuan ini bertemu dengan kebutuhan penguasa negara atas dana pengembangan kolonialisme dan imperialisme. Perluasan dan pengelolaan daerah jajahan jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan kaum kapitalis bersedia memenuhi kebutuhan tersebut asalkan tujuan mereka terpenuhi. Sementara itu, pesatnya laju revolusi industri semakin mempertinggi posisi tawar kaum pemodal terhadap kaum pekerja. Dengan menggunakan mesin-mesin hasil penemuan cendikiawan, kaum pemodal dapat melakukan proses produksi secara cepat, murah, dan dengan hasil yang lebih banyak. Penggunaan mesin-mesin ini pada gilirannya meminimalkan peranan pekerja.
Peran pekerja yang sebagaian besar telah diganti dengan mesin-mesin itu, membuat kaum pemodal berpikir tentang efisiensi dengan cara mengurangi jumlah pekerja. Besarnya jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaanya ini telah membawa beberapa dampak. Salah satu dampaknya, kelas pemodal makin leluasa menentukan upah pekerja. Kelas pekerja yang posisi tawarnya rendah, mau tak mau menerima upah rendah yang telah ditetapkan oleh kelas pemodal. Keadaan ini makin mempertajam keesenjangan hubungan antara kaum pemodal dengan kelas pekerja. Kesenjangan tersebut tidak hanya memicu munculnya pengangguran, kemiskinan, kejahatan serta masalah-masalah sosial lainnya. Tajamnya kesenjangan ini juga mengundang lahirnya pikiran-pikiran kritis yang menentang arogansi kaum pemodal. Akhirnya, pikiran-pikiran kritis tersebut mendorong lahirnya sebuah isme (paham), yakni sosialisme.
C. Tokoh-Tokoh Pelopor Paham Sosialis Ilmiah
1. Karl Heinrich Marx (1818-1883)
Karl Heinrich Marx (1818-1883) lahir di kota Trier, Jerman. Tokoh penting sosialisme yang juga bapak komunisme internasional ini, tak hanya seorang teoritikus tetapi juga organisator gerakan sosialisme Jerman. Karena pandangan dan aktivitasnya, peraih gelar doktor filsafat Universitas Jena, Jerman, dan redaktur Rheinische Zeitung itu diusir dari Jerman. Marx pun pindah ke Paris. Di ibukota Prancis inilah Marx bertemu dengan Friederich Engels (1820-1899) yang ternyata memiliki pandangan politik yang sama.
Di paris ini pula Marx mengalami pengusiran lagi. Marx pindah ke Brussel. Di kota inilah, pada 1847 dia pertama kali menerbitkan karya pentingnya yang berjudul “The Proverty of Philosophy” (Kemiskinan Filsafat). Tahun berikutnya, bersama Engels, dia menerbitkan “Communist Manifesto”, sebuah buku yang akhirnya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Marx kembali ke Jeman, untuk kemudian selang beberapa bulan berikutnya diusir lagi. Setelah terusir sana-sini, akhirnya Marx menyeberang Selat Channel, dan menetap di London hingga akhir hayatnya. Di ibukota Inggris tersebut, dengan sedikit uang yang diperolehnya dari hasil pekerjaan jurnalistik, Marx masih menyempatkan diri untuk melakukan penelitian dan penulisan buku-buku tentang ekonomi dan politik. Marx beruntung memiliki sahabat seperti Engels. Bukan cuma membantu penelitian dan penerbitan buku-buku yang ditulisnya, Engels juga membantu biaya hidup Marx dan keluarganya. Dalam menganalisis masyarakat, dalam mengajukan teori, dan menghasilkan karya-karyanya, Marx sangat dipengaruhi pikiran-pikiran George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), seorang filsuf kelahiran Jerman. Menurut Hegel, pemikiran-pemikiran yang berada dalam suatu jaman biasanya diajukan atas dasar pemikiran-pemikiran yang telah lebih dahulu diajukan. Keadaan ini akan menimbulkan “pertentangan” (dialektika) di antara kedua pemikiran itu. ketegangan tersebut akan mencair bila muncul pemikiran ketiga, yang biasanya mengakomodasi hal-hal terbaik yang terdapat di dalam kedua buah pemikiran yang “bertentangan” itu.
Pemikiran pertama biasanya disebut tesa, pemikiran kedua disebut antitesa, dan pemikiran ketiga disebut sebagai sintesa. “Pertentangan” antara tesa dan antitesa, hingga melahirkan sintesa inilah yang dinamai Proses Dialektika. Dalam dialektika, sintesa yang telah dihasilkan suatu ketika akan menjadi tesa baru, yang berarti juga bahwa suatu saat sintesa tersebut akan berhadap-hadapan dengan pemikiran baru yang menjadi antitesanya, hingga nantinya sintesa yang lebih baru akan muncul, dan begitu seterusnya. Dari cara berpikir yang dialektis ini pula Marx menganalisis masyarakat pada jamannya. Marx mengurai bahwa dalam seluruh tahapan sejarah selalu ada pertentangan di antara dua kelas masyarakat. Marx menyatakan, pertentangan pada jaman kuno (yang diistilahkan Marx sebagai masa masyarakat budak) terjadi antara warga bebas dan budak. Sementara dalam masyarakat feodal, Marx menyatakan, pertentangan terjadi antara para tuan tanah feodal dengan pekerja pengolah lahan. Pertentangan dalam masyarakat feodal berkembang menjadi pertentangan antara kelas bangsawan dengan warganegara biasa.
Motivasi Marx adalah mengatasi pertentangan yang ada di dalam masyarakat pada jaman dia hidup. Marx mengistilahkan masyarakat pada jamannya itu sebagai masyarakat borjuis atau masyarakat kapitalis. Menurut Marx, pertentangan dalam masyarakat borjuis akan terjadi antara kelas pemodal (kapitalis) dengan kelas pekerja (proletar). Dengan kata lain, pertentangan akan terjadi antara kelas pemilik sarana produksi dengan kelas lain yang tak memilikinya. Pertentangan ini jelas akan menghasilkan keadaan yang tidak akan menguntungkan kelas pekerja, karena kelas pemodal akan terus melestarikan keadaan ini demi keuntungan yang mereka dambakan. Dalam pandangan Marx, kelas pemodal jelas tidak akan mau mengubah keadaan tersebut. Pertentangan yang justru mengukuhkan dominasi kelas pemodal inlah yang harus segera diakhiri, dan menurut Marx, hal inilah yang menjadi alasan dasar kenapa revolusi harus dijalankan oleh kelas pekerja agar keadaan berubah.
2. Noel Babeuf (Sosialisme Pra Marx)
Sosialisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme, maka sesungguhnya gagasan sosialisme ini telah ada sebelum era Karl Marx. Satu dari sekian tokoh sosialisme pra-Marx adalah seorang pelaku sejarah Revolusi Prancis dimana revolusi yang melanda hampir seluruh Eropa tersebut sebenarnya merupakan reaksi atas absolutisme raja-raja Eropa pada masa itu. Absolutisme raja-raja Eropa tersebut sedikit-banyak dipengaruhi oleh Machiavellisme, yakni sebuah isme tentang mutlaknya kekuasaan raja yang dicetuskan oleh Niccolo Machiavelli. Dalam bukunya yang berjudul Il Principe (artinya: Sang Raja), Machiavelli menyatakan, kekuasaan raja bersifat mutlak dan tak terbatas atas suatu negara, sehingga raja berhak atas segala sesuatu yang ada di dalam negara, termasuk harta pribadi rakyat, dan bahkan rakyat itu sendiri. Jelas, absolutisme raja-raja Eropa tersebut menyakiti hati rakyat. Melihat keadaan demikian muncul para pemikir untukl menentang kesewenang-wenangan itu. Hal ini di dasari oleh timbunan kekecewaan rakyat Eropa atas absolutisme raja dari hari ke hari tak ubahnya seperti bom waktu yang hanya menunggu detik-detik ledakan.
Satu dari sekian tokoh sosialisme pra-Marx adalah seorang pelaku sejarah Revolusi Prancis itu bernama Noel Babeuf (1760-1767). Anggota Jacobin (fraksi radikal dalam Revolusi Prancis) ini menyerukan, agar kaum miskin bersatu memerangi kaum kaya. Babeuf mengemas sosialisme-nya dalam gagasan pendirian “Republik Rakyat Setara”, yakni republik yang meniadakan kelas-kelas di dalam masyarakat. Pada 1797, Babeuf menjalani hukum penggal kepala karena dituduh telah merencanakan gerakan radikal sosialis.
3. Friedrich Engel
Karl Max juga merupakan pelopor lahirnya sosialisme ilmiah akibat Revolusi Industri. Pahamnya didasarkan pada ilmu pengetahuan, yakni teori histories materialistis. Berdasarkan teori ini materilah yang mempengaruhi segalanya, materilah yang menjadi ukurannya. Sosialisme ilmiah adalah istilah yang digunakan oleh Friedrich Engels untuk menggambarkan politik ekonomi teori sosial pertama dipelopori oleh Karl Marx. Alasan mengapa hal ini diakui sosialisme adalah "sosialisme ilmiah" (sebagai lawan dari sosialisme utopis) adalah karena teori-teori yang diadakan untuk sebuah standar empiris, observasi sangat penting untuk perkembangannya, dan ini dapat mengakibatkan perubahan atau pemalsuan dari unsur teori. Sosialisme ilmiah mengacu pada metode untuk memahami dan memprediksi, ekonomi dan material fenomena sosial dengan melihat kecenderungan historis mereka melalui penggunaan metode ilmiah dalam rangka untuk mendapatkan hasil kemungkinan dan kemungkinan perkembangan masa depan. Hal ini kontras dengan apa yang sosialis kemudian disebut sebagai sosialisme utopis, sebuah metode yang didasarkan pada pembentukan proposisi tampaknya rasional untuk mengatur masyarakat dan meyakinkan orang lain rasionalitas dan atau keinginan. Hal ini juga berbeda dengan gagasan liberal klasik hukum alam, yang didasarkan pada pengertian metafisik moralitas daripada dinamis materialis atau fisikalis konsepsi tentang dunia.
Sosialis Ilmiah melihat perkembangan sosial dan politik sebagai sangat ditentukan oleh materi (ekonomi) kondisi sebagai lawan ide (berbeda dengan sosialis utopis dan liberal klasik), dan dengan demikian memahami bahwa hubungan sosial dan pengertian tentang moralitas yang berbasis konteks (relatif terhadap mereka khusus tahap perkembangan ekonomi). Oleh karena itu sebagai sistem ekonomi, sosialisme dan kapitalisme tidak sosial konstruksi yang dapat dibentuk di setiap saat berdasarkan kehendak subjektif dan keinginan penduduk, tetapi adalah hasil dari evolusi sosial. Contoh dari ini adalah munculnya masyarakat pertanian yang memungkinkan manusia untuk menghasilkan surplus, ini perubahan dalam material dan pembangunan ekonomi menyebabkan perubahan dalam hubungan sosial (evolusi sosial) dan diberikan bentuk lama organisasi sosial yang berdasarkan subsisten-hidup usang dan suatu halangan untuk kemajuan material lebih lanjut. Mengubah materi (ekonomi) kondisi mengharuskan perubahan dalam organisasi sosial.
D. Tokoh-Tokoh Sosialisme Utopis (Robert Owen, Saint Simon, Charles Fourier, Thomas More, Giovanni Domenico Campanella, Jean Meslier)
1. Pengertian Sosialisme Utopis
Sosialisme Utopis adalah sebuah istilah untuk mendifinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Sosialisme Utopis awalnya diperkenalkan oleh Karl Mark kemudian digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis untuk menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotesis masa datang dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat itu bisa diciptakan atau diperjuangkan. Kata utopia sendiri diambil dari kisah pulau Utopia karangan Thomas More.
Adapun yang menjadi motivasi pemikir teori sosialis adalah untuk menghilangkan hak privat (pribadi), memperlakukan setiap orang secara sederajat artinya menghapuskan sistem kelas sosial dalam masyarakat antara pemilik modal dengan kaum buruh, serta mengharapkan kelangsungan kehidupan komunal (berkelompok atau bermasyarakat).
2. Tokoh-Tokoh Sosialisme Utopis
a. Robert Owen (1771-1858)
Seorang tokoh sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Sebagai sorang pabrikan, selama tahun 1800 sampai tahun 1829, Robert Owen telah bertindak memperpendek jam kerja di pabriknya menjadi 10.5 jam sehari, dari yang biasanya 13-14 jam sehari pada masa itu. Robert Owen mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki penghidupan kaum pekerja dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah, penitipan anak-anak dan taman kanak-kanak bagi anak-anak kaum buruh. Lama kelamaan, dari sifatnya yang filantropis Owen berubah jadi penganut komunisme.
Dalam pandangan-pandangan sosialnya Robert Owen terpengaruh oleh kaum materialis Perancis abad XVIII. Robert Owen menyatakan bahwa manusia adalah produk dari keadaan disekitarnya. Dari semua kebiasaan jelek dan kekurangan rakyat, yang bersalah itu bukanlah orangnya, tetapi susunan masyarakatnya di mana mereka hidup.Kejahatan rakyat “adalah kejahatan masyarakat itu sendiri, bukanlah kejahatan pribadi seseorang. Ubahlah syarat-syarat kehidupan material masyarakat, perbaikilah susunan masyarakat, maka akan berubah pula keinginan dan kesukaan rakyat”.
b. Saint Simon (1760-1825)
Dia adalah seorang sosialis-utopis yang besar di abad XIX. Pandangan-pandangan sosialnya lahir pada masa kelas proletar masih belum berkembang dan meluas. Bertentangan dengan pandangan-pandangan sosial masa itu yang membela sistem penghisapan borjuis, Saint-Simon mengkritik hal itu dan memimpikan suatu masyarakat yang adil mengkritik sistim kapitalis dan ingin menggantikannya dengan sistim sosialis. Saint-Simon berusaha memberi dasar pandangan dari perkembangan sejarah. Menurut Saint-Simon, setiap sistem masyarakat pada masa lahirnya merupakan langkah maju ke depan dalam proses perkembangan sejarah.
Saint-Simon menentang para pendahulunya, terutama Rousseau, yang menganggap bangunan masyarakat yang ideal adalah masyarakat kekeluargaan. Bertolak dari teorinya tentang kemajuan sejarah, Saint-Simon menyatakan bahwa jaman keemasan akan tiba di masa datang. Walaupun demikian, sebagaimana kaum materialis Perancis pada masa itu, dalam pemahaman tentang tenaga penggerak perkembagan masyarakat, Saint-Simon masih berdiri pada posisi idealis. Menurutnya, kemajuan ilmu menentukan perkembangan masyarakat. Menurut pandangannya, sejarah melalui tiga fase perkembangan, yakni fase teologi (periode kekuasaan sistem keagamaan, termasuk didalamnya masyarakat perbudakan dan masyarakat feodal), fase metafisika (periode keruntuhan sistim feodal dan teologi), dan fase positif (bangunan masyarakat di masa depan, yang didasarkan pada ilmu pengetahuan).
c. Charles Fourier (1772-1837)
Seorang tokoh sosialis-utopis Perancis. Fourier dengan sangat tajam mengkritik masyarakat borjuis. Fourier mengungkap kontradiksi antara ide-ide dan pernyataan-pernyataan para ideolog revolusi Perancis mengenai persamaan, persaudaraan dan keadilan, serta terjadinya kemelaratan di bidang material dan moral dalam masyarakat borjuis. Fourier menulis, masyarakat borjuis adalah kotor, penuh dengan pencemaran. Dalam susunan masyarakat seperti itu, di satu sisi terjadi kemiskinan dan di sisi lain terjadi penumpukan kekayaan yang melimpah ruah. Susunan masyarakat seperti itu merusak manusia, menindas perasaan, keinginan dan pikiran. Kebahagiaan seseorang dalam susunan masyarakat borjuis didasarkan pada ketidakbahagiaan orang lain.
Fourier dipengaruhi oleh ajaran kaum materialis Perancis mengenai peranan pendidikan. Dengan mendasarkan pada keharusan munculnya masyarakat sosialis, Fourier mengembangkan ajaran tentang kesukaan dan kegemaran manusia. Kaum moralis, sampai saat itu sudah banyak menulis tentang sifat-sifat kotor, sifat-sifat ceroboh manusia. Menurut Fourier, sebenarnya, yang kotor itu justru adalah masyarakatnya itu sendiri. Semua sifat manusia adalah baik. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan masyarakat yang sedemikian rupa, hingga memenuhi keinginan manusia, memenuhi kebutuhan perkembangannya, memenuhi kebutuhannya untuk maju. Fourier melukiskan masyarakat masa depan dengan unsur-unsur dasarnya adalah phalanx, yang terdiri dari berbagai susunan badan produksi. Setiap anggota phalanx mempunyai hak untuk bekerja. Dibimbing oleh keinginannya, setiap anggota phalanx dengan sukarela bebas masuk ke dalam salah satu unit produksi. Kerja dalam phalanx adalh kebutuhan, keharusan untuk menghasilkan barang kebutuhan manusia. Sosialisme Fourier adalah sosialisme-utopis. Fourier mengambil sikap menentang revolusi dengan kekerasan. Karena kecewa atas revolusi Perancis, Fourier memikirkan propaganda secara damai untuk menyebarkan ide-idenya, untuk mengorganisasi masyarakat sosialis di masa depan.
d. Thomas More (1478-1535)
Thomas More (1478-1535) adalah seorang sarjana humanis Inggris. Setelah memangku berbagai jabatan tinggi, Thomas More dihukum mati karena menentang pengangkatan raja Henry VIII menjadi kepala agama pada tahun 1534. Dalam karya-karyanya Thomas More mengkritik hubungan-hubungan kapitalis yang sedang berkembang pada masa itu, dan membeberkan kemelaratan yang dihadapi rakyat. Ungkapan terkenal Thomas More adalah “domba-domba memakan manusia” yang dia pakai untuk melukiskan metode barbar yang dipakai pada masa kelahiran dan perkembangan kapitalisme di Inggris ketika para tuan tanah mengusir kaum tani dari tanah-tanah mereka, membakari ladang-ladang kaum tani dan mengubahnya menjadi padang rumput bagi penggembalaan domba-domba. Thomas More memandang, bahwa sebab-sebab pokok dari semua bencana masyarakat adalah pemilikan pribadi (perorangan).
e. Giovanni Domenico Campanella (1568-1639)
Di samping Thomas More, terdapat Giovanni Domenico Campanella (Tommazo Campanella) (1568-1639), seorang utopis, seorang komunis utopis Italia. Di masa mudanya Campanella belajar filsafat dalam sebuah biara. Dia mempelajari Aristoteles dan para teolog abad pertengahan seperti Thomas Aquinas dan lain-lain. Karena pengaruh dari filsuf alam Italia, Tolezia, Campanella menyeberang ke kubu penentang gereja. Pada tahun 1591, Campanella menerbitkan buku berjudul Filsafat yang Dibuktikan dengan Bantuan Perasaan (Philosophia Sensibus Demonstrata), yang ditujukan untuk menentang filsafat jaman pertengahan, dan membela filsafat alam Telezia. Tulisan-tulisannya mengkritik pandangan-pandangan skolastik, menolak pandangan-pandangan Aristoteles, membela pandangan-pandangan Galilei Galileo, dan menganjurkan agar melakukan pengenalan sesuatu melalui kenyataan dan menyerukan agar mempelajari alam semesta.
Campanella adalah seorang politikus yang progresif dan patriotik. Pada masa itu, Italia berada di bawah kekuasaan Sepanyol. Campanella berjuang melawan penindasan Sepanyol, menjadi pemimpin organisasi rahasia yang bertujuan membebaskan Itali. Karena pengkhianatan, organisasi itu dihancurkan. Tahun 1602 Campanella dijatuhi hukuman seumur hidup, dan dibebaskan setelah 27 tahun dipenjara. Dalam penjara dia menulis karya-karyanya yang terkenal, yaitu Pembelaan Atas Galileo (Apologia pro Galileo), dan Kota Surya (La Citta del Sole). Dalam Kota Surya dia menguraikan khayalannya tentang masyarakat komunis yang utopis. Dia mengkritik masyarakat penghisap. Menurut Campanella, kemelaratan yang luar biasa menyebabkan orang menjadi bajingan, pelit, licik, perampok, tukang tipu muslihat, berakal busuk, sampah masyarakat dan pembohong. Adanya kekayaan yang melimpah ruah menyebabkan orang menjadi sombong, tinggi-hati, awam, karena orang-orang membuat keputusan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak dia pahami, pengkhianat-pengkhianat, pembohong, pembual, orang-orang yang tak mengenal belas kasihan, temperamental dan lain-lain.
Campanella secara tangguh membela pandangan bahwa di dalam masyarakat di mana tidak ada pemilikan pribadi (perorangan), tidak ada ketimpangan masyarakat dan tidak ada ketimpangan penghidupan. Dalam keadaan demikian ilmu pengetahuan, tekhnik dan kesenian akan berkembang dengan pesat. Ide-ide Campanella adalah pernyataan isi hati dan harapan dari kaum miskin pedesaan dan para intelektual lapisan bawah di Italia pada akhir abad XVI sampai permulaan abad XVII. Ide-ide utopis Campanella mengenai masyarakat adil di masa depan hanyalah rekaan, khayalan semata-mata, tidak didasarkan pada pengetahuan tentang hukum perkembangan masyarakat yang riil.
f. Jean Meslier (1664-1729)
Seorang materialis, ateis, komunis-utopis Perancis. Dalam tulisan-tulisannya, Jean Meslier menyatakan protes yang keras terhadap agama, kebatinan, gereja dan semua bangunan masyarakat feodal. Meslier memandang kejahatan yang pokok adalah pembagian kekayaan yang tidak seimbang, tidak merata di antara rakyat. Adapun penyebab kejahatan itu adalah hak milik perorangan. Raja-raja, kaum bangsawan, agama telah merampas, menguasai semua kekayaan yang diperoleh dari tanah. Sisa yang tinggal pada rakyat hanyalah kerja, penderitaan dan kemelaratan.
Menurut Meslier, agama, terutama Kristen adalah hikayat yang hina, keji, yang direka-reka, dikarang-karang oleh para pendeta, terutama untuk menguasai rakyat dalam keadaan dunggu dan bebal serta patuh. Untuk menghancurkan ketidaksamaan, kaum melarat harus bersatu dan menggulingkan kekuasaan tirani. Menurut Meslier, masyarakat yang adil di masa depan adalah masyarakat yang berbentuk federasi dari komune-komune yang semua anggotanya bekerja dan dengan hak yang sama dapat menggunakan barang kebutuhan sehari-hari. Pandangan-pandangan sosial Meslier termasuk ke dalam ideologi tani (borjuis kecil), yakni pandangan komunisme sama rata. Sebagaimana Spinoza, Meslier dengan tandas mengkritik dualisme Descartes yang mengakui sifat materiil dan sifat fananya jiwa. Materialisme Meslier berhubungan erat dengan ateismenya yang militan, sama halnya dengan semua materialisme pra-Marx yang metafisis dan terbatas. Pandangan-pandangan sosialnya adalah idealis. Menurut Meslier, penderitaan rakyat disebabkan oleh tidak adanya pendidikan, penipuan yang dilakukan pemerintah dan gereja.
E. Sosialisme-Fabian
1. Pengertian Sosialisme-Fabiam
Dalam penelitian sejarah tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.
Webb menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi . Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan menggunakan cara damai.
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi : pertama orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229 dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian dan lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.
2. Tokoh-Tokoh Fabianisme
Tokoh-tokoh fabianisme antara lain George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb, H.G.Wells dan Grahan Wallas.
F. Tujuan Lahirnya Paham Sosialis (Sosialisme)
Sosialisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme, hal ini dikarenakan kaum kapitalis berkolaborasi atau menjalani suatu perjanjian dengan kaum feodal dimana raja atau Negara memberi pinjaman tanah kepada bangsawan untuk mengeluarkan Eropa dari zaman kegelapan. Sosialisme juga lahir karena adanya Revolusi Industri dimana Revolusi Industri berperanan memodernisasi kapitalisme. Kapitalis yang mulanya hanya berkutat sebagai produsen pengolah bahan mentah, sejak penemuan-penemuan mesin-mesin tersebut telah berubah menjadi pedagang sekaligus distributor. Ini terjadi karena ada serangkaian proses produksi yang berhasil diringkas oleh mesin-mesin mutakhir kala itu. pesatnya laju revolusi industri makin mempertinggi posisi tawar kaum pemodal terhadap kaum pekerja. Dengan menggunakan mesin-mesin hasil penemuan cendikiawan, kaum pemodal dapat melakukan proses produksi secara cepat, murah, dan dengan hasil yang lebih banyak. Penggunaan mesin-mesin ini pada gilirannya meminimalkan peranan pekerja.
Peran pekerja yang sebagaian besar telah diganti dengan mesin-mesin itu, membuat kaum pemodal berpikir tentang efisiensi dengan cara mengurangi jumlah pekerja. Besarnya jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaanya ini telah membawa beberapa dampak. Salah satu dampaknya, kelas pemodal makin leluasa menentukan upah pekerja. Kelas pekerja yang posisi tawarnya rendah, mau tak mau menerima upah rendah yang telah ditetapkan oleh kelas pemodal. Keadaan ini makin mempertajam keesenjangan hubungan antara kaum pemodal dengan kelas pekerja. Kesenjangan tersebut tidak hanya memicu munculnya pengangguran, kemiskinan, kejahatan serta masalah-masalah sosial lainnya. Tajamnya kesenjangan ini juga mengundang lahirnya pikiran-pikiran kritis yang menentang arogansi kaum pemodal. Akhirnya, pikiran-pikiran kritis tersebut mendorong lahirnya sebuah isme (paham), yakni sosialisme yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara pemilik modal dengan kaum pekerja dengan cara meniadakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat dengan mendirikan persamaan anatara manusia dan menghapuskan hak milik pribadi dari sebagian atau dari semua macam sumber kekayaan dan mengatur jalannya penghasilan dengan peraturan pemerintah sehingga kaum pekerja atau kaum buruh mendapatkan kehidupan menjadi lebih baik sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
G. Unsur-Unsur Pikiran dan Politik Sosialis
Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialis yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah: (1). Agama, (2) Idealisme Etis dan Estetis, (3) Empirisme Fabian, (4) Liberalisme.
1. Agama
Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.
Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.
2. Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan, filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3. Empirisme Febian
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
4. Liberalisme
Liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya, tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.
Karena masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme telah memberikan sumbangan yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
H. Kekurangan dan Kejelekan dari Teori Sosialis
Umumnya teori sosialis mempunyai kekurangan dan kejelekan yang dapat disimpulkan kepada dua macam :
1. Sistem sosialis, walaupun dapat menyelesaikan setengah problem-problem kerja dan pekerja atau sebahagian pendalaman problem dari suatu Negara, maka paham ini sulit untuk menyelesaikan masalah internasional terutama dibidang penjajahan dan eksploitasi ekonomi, padahal problem internasonal inilah yang sering membawa api peperangan atau kekacauan dunia.
2. Oleh karena teori-teori sosialis itu, menurut asalnya tidak mengandung elemen-elemen kejiwaan. Maka pembahasan dan pemikirannya berdasarkan keaddan disekeliling manusia. Padahal manusia adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani, oleh karena itu maka keduanya itu mesti sama-sama dipentingkan.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan, kemelaratan, kebodohan kaum buruh, maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme, dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup: (a) agama, (b) idealisme etis dan estetis, (c) empiris Fabian, dan (d) liberalisme.
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya. Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional. Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti. Sosialisme berarti cita-cita keadilan social, persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hokum dan komitmen pada perencanaan.
DAFTAR ISTILAH
Aukflarung : Pencerahan bagi masyarakat Eropa akibat adanya Renaisance oleh kaum borjuis.
Feodalisme : Suatu paham yang lahir dari tata-aturan yang dibuat oleh negara atau raja yang bertujuan mengatur peminjaman tanah kaum bangsawan.
Kapitalisme : Suatu paham dimana para bangsawan (pemilik tanah) menyewakan tanahnya ke para petani.
Liberalisme : Suatu paham yang memperjuangkan kemerdekaan dalam kebebasan lapangan ekonomi.
Machiavellisme : Sebuah paham tentang mutlaknya kekuasaan raja yang dicetuskan oleh Niccolo Machiavelli.
Renaissance : Suatu gerakan untuk mengembalikan filsafat dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada jaman Yunani dengan tujuan melepaskan diri dari ikatan feodalisme yang hanya menguntungkan raja, bangsawan, tuan tanah, dan gereja.
Revolusi Industri : Suatu peristiwa yang ditandai dengan penemuan mein-mesin industri dan membuat tenaga manusia digantikan oleh mesin-mesin industri.
Sosialisme : Suatu paham yang menentang kemutlakan hak milik pribadi. Hak milik pribadi terutama yang terkait dengan hal-ikwal produksi diubah jadi hak komunal (masyarakat).
Sosialisme Utopis : Sosialisme Utopis adalah sebuah istilah untuk mendifinisikan awal mula pemikiran sosialisme modern. Sosialisme untuk menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotesis masa datang dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat itu bisa diciptakan atau diperjuangkan.
No comments:
Post a Comment