Selamat Datang di "Reformasi Dunia" Insya Allah dapat memberikan manfaat positif bagi pembaca

Saturday, May 28, 2011

Macedonia dan Alexander The Great

Sejarah Asia Barat Daya
MACEDONIA

OLEH :

NAMA : Tri Septio Ningsih
NIM : ( 352009049 )
KELAS : SEJARAH ( 4.A )
MATA KULIAH : Sejarah Asia Barat Daya
DOSEN PENGASUH : Dra. Nurhayati Dina

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2011
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Makedonia atau Macedonia (dari bahasa Yunani : Μακεδονία, Makedonia) adalah kerajaan kuno, yang terletak di bagian timur laut dari semenanjung Yunani, berbatasan dengan Epirus di barat, Paeonia ke utara, wilayah Thrace di timur dan Thessaly ke selatan. Nama Makedonia (Yunani : Μακεδονία, Makedonia) berkaitan dengan kata μακεδνός Yunani kuno (Makednos).
Makedonia merupakan sebuah kerajaan kecil di pinggiran Yunani Klasik, yang dipimpin dibawah pemerintahan Philip II. Philip telah membawa sebagian besar negara-negara kota Yunani daratan bawah Macedonia hegemoni, menggunakan baik dan diplomatik berarti militer. Pemerintahan Philip II kemudian digantikan oleh anaknya bernama Alexander Agung, dia tak terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai salah satu komandan yang paling sukses sepanjang masa. Lahir di Pella pada 356 SM, Alexander diajari oleh filsuf terkenal Aristoteles. Setelah kematian Philip, Alexander mewarisi kerajaan yang kuat dan tentara berpengalaman. Dia di anugerahi keahlian militer dan dengan otoritasnya yang mapan, dia meluncurkan rencana militer untuk ekspansi yang ditinggalkan oleh ayahnya. Pada 334 SM dia menyerang Persia yang diperintah Asia Kecil dan memulai serangkaian kampanye berlangsung sepuluh tahun. Alexander memecah kekuatan Persia dalam serangkaian pertempuran, terutama pertempuran Issus dan Gaugamela. Kemudian ia mengalahkan raja Persia. Darius III dan menaklukkan keseluruhan dari kekaisaran Persia. Kekaisaran Macedonia sekarang membentang dari laut Adriatik ke Sungai Indus.

1.2 Permasalahan
1. Bagaimana awal mula sejarah Makedonia?
2. Jelaskan apa hubungan Alexander dengan Macedonia ?
3. Jelaskan penaklukan yang dilakukan Alexander Agung terhadap bangsa Persia ?
4. Mengapa Macedonia menjadi bangsa yang kuat dan hebat ?

2. Pembahasan
2.1 Awal sejarah Macedonia
Tanah di sekitar Aegae yang merupakan ibukota pertama Macedonia, adalah tempat tinggal bagi berbagai bangsa. Macedonia disebut Emathia dan kota Aiges disebut Edessa. Menurut legenda, Caranus yang disertai banyak orang rakyat Yunani datang ke daerah itu yaitu Edessa untuk mencari tempat tinggal baru dan menamainya dengan Aegae. Tetapi Caranus yang berniat mengambil dan menggantikan daerah itu dengan nama Aegae di tolak oleh rakyat dan pemimpin Edessa sehingga Caranus diusir dan mencari daerah baru di pinggiran Yunani lalu membentuk kerajaan baru, kerajaan baru itu diberi nama Macedonia dengan ibukotanya Aegae.
Macedonia muncul pada awal abad ke-7 ke-8 SM yang menurut legenda, pemimpin dan rakyatnya bermigrasi ke wilayah ini dari kota Yunani dari Argos ke Peloponnesus. Kerajaan ini terletak di dataran aluvial yang subur, diairi sungai Haliacmon dan Axius yang terletak di utara gunung Olympus. Bersamaan dengan mmunculnya Macedonia, seorang raja lain naik tahta dan raja itu bernama Philip II menggantikan Caranus. Pada usia dua puluh empat tahun, raja Philip II membela kerajaannya melawan Yunani yaitu Athena dan juga Ilyria, namun bagi raja Philip II, suku atau orang-orang Illyria bukanlah satu dari ancaman bagi bangsanya karena ada bangsa Athena yang sedang berusaha utnuk menduduki tahta Macedonia sehingga mereka dapat menambahkan Macedonia menjadi wilayah yang dikuasai oleh bangsa Athena tetapi akhirnya raja Philip II berhasil menang melawan Illyria.
Raja Philip II menikah dengan putri raja Epirus, namanya adalah Olympias yang pada saat itu berusia tujuh belas tahun. Menurut cerita kuno, Olympias adalah seorang wanita cantik tetapi cenderung pemarah. Dari nantinya sebagai pewaris tahta kerajaan, puteranya itu di berinama Alexander. Raja Philip II mulai melakukan ekspedisinya ke selatan untuk di Pherae Yunani ketika penguasa ota itu dibunuh dan dengan itu raja Philip II dapat mengambil dan mengawasi wilayah itu. Raja Philip II dapat beroperasi ke Thracia dan merebut tambang emas dan perak di sekitar gunung Pangeus yang dapat mebuatnya melakukan lebih banyak operasi militer. Namun sepeninggalnya ke Selatan, raja Philip II mengundang seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles untuk datang ke Macedonia sebagai pendidik Alexander. Raja Philip II mendapat undangan dari filsuf Yunani lainnya, filsuf itu bernama Isocrates untuk memimpin Yunani, namun permintaan Isocrates trersebut mendapat pertentangan dari Athena, menghadapi keadaan yang demikian raja Philip II yang tadinya ingin menguasai Athena dengan taktiknya memperlakukan Athena dengan penuh hormat, demikian dengan orang Athena dalam mengambil jalan yang terbaik dari situasi yang buruk, lebih memilih berpura-pura memperlakukan raja Philip II sebagai teman bagi bangsanya.
Hubungan baik antara Athena dan raja Philip II membuat raja Philip II merencanakan penyerangan terhadap kekaisaran yang sedang dipimpinnya, raja Philip II memutuskan menikah lagi dengan seorang gadis pribumi yaitu gadis Macedonia, keponakan cantik dari seorang hakim bernama Attalus. Pada pesta pernikahannya, semua orang Macedonia mabuk dan Attalus mengajak tos, ia melambaikan cangkir di udara dan menyatakan bahwa dewa-dea dapat mengirimkan Macedonia seorang pewaris tahta yang sah, namun sikap Attalus tersebut pada akhirnya menyinggung perasaan anak tirinya yaitu Alexander yang menganggap itu adalah sebuah tantangan langsung pada posisinya sebagai putra mahkota, suatu pernyataan bahwa tahta mahkota seharusnya menjadi milik orang yang betul-betul berdarah Macedonia. Alexander anak Olympias dimana ibunya yang berkebangsaan Yunani. TErsinggungnya Alexander dengan sikap Attalus terpaksa membuat Alexander pada pesta pernikahan membunuh ayah kandungnya, raja Philip II untuk mendapatkan tahta kerajaan. Akhirnya Alexander menjadi pewaris tahta mahkota kerajaan menggantikan ayahnya Philip II.

2.2 Hubungan Alexander Agung dengan Macedonia
Alexander Yang Agung adalah penakluk yang kesohor dari dunia silam itu dilahirkan di Pello tahun 356 SM, ibukota Macedonia, dia adalah putera dari raja Philip II. Ayahnya, Raja Philip II adalah pemegang tangguk pemerintahan dari Macedonia seorang yang punya kesanggupan dan berpandangan jauh. Philip memperbesar dan mengorganisir Angkatan Bersenjata Macedonia dan mengubahnya menjadi kekuatan tempur yang bermutu tinggi. Pertama kali penggunaan Angkatan Bersenjata pilihan ini adalah waktu ia menaklukkan daerah sekitar hingga sampai ke utara Yunani, kemudian berbalik ke selatan dan menaklukkan hampir seluruh Yunani. Kemudian Philip II membentuk federasi kota-kota Yunani dan dia sendiri jadi pemimpinnya.
Alexander Agung baru berusia dua puluh tahun. Philip II dengan cermat sudah melakukan persiapan untuk penggantinya dan Alexander muda sudah punya pengetahuan dan pengalaman kemiliteran yang lumayan. Dalam hal pendidikan intelektual, Philip II tidak mengabaikannya. Philip II mendatangkan guruuntuk mendidik Alexander, gurunya bernama Aristoteles, seorang yang mungkin paling cendikiawan dan filosof yang paling termasyhur di dunia masa itu. Dengan pengajaran yang diberikan Aristoteles, Alexander Agung menjadi pemegang kekuasaan terkuat dari Macedonia dan membawa Macedonia menjadi bangsa yang kuat.

2.3 Penaklukan Alexander Agung terhadap Persia
Selama dua ribu tahun bangsa Persia menguasai wilayah yang amat luas, membentang mulai dari Laut Tengah hingga India. Kendati Persia tidak lagi berada dalam puncak kehebatannya, namun masih tetap merupakan lawan yang tangguh dan disegani, kekaisaran yang paling luas, paling kuat dan paling kaya di muka bumi.
Alexander melancarkan serangan pertamanya ke Persia tahun 334 SM. Karena dia harus menyisihkan sebagian pasukannya di dalam negeri untuk memelihara dan mengawasi Eropa, Alexander hanya mempunyai 35.000 tentara yang menyertainya ketiks dia melakukan petualanga, suatu jumlah yang kecil tidak berarti jika dibandingkan dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Persia. Di samping sejumlah kemalangan yang menimpanya, Alexander memenangkan serentetan kemenangan dalam gempurannya terhadap pasukan Persia. Ada tiga faktor yang menjadi sebab kemenangannya. Pertama, pasukan yang ditinggalkan ayahnya, Philip II, betul-betul terlatih dan terorganisir baik, lebih baik dari pasukan Persia. Kedua, Alexander sendiri seorang panglima perang yang genius, mungkin paling genius di sepanjang jaman. Ketiga, keberanian Alexander sendiri. Meskipun dia memimpin tahap-tahap pertama pertempuran belakang garis front, keputusan Alexander adalah memimpin sendiri pasukan berkuda yang memberi pukulan menentukan. Ini merupakan cara yang penuh resiko dan dia sering terluka dalam pertempuran macam begini. Tetapi pasukannya menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa Alexander betul-betul tidak kepalang tanggung menghadapi bahaya dan tak mau membebankan risiko pada pundak orang lain. Hal ini membawa akibat langsung dalam hal peningkatan moral prajurit yang meyakinkan.
Pertama Alexander memimpin pasukannya menerjang Asia Kecil, menghajar habis pasukan kecil Persia yang ditempatkan di situ. Kemudian dia bergerak menuju utara Suriah, menggilas pasukan besar Persia di kota Issus. Rampung ini dia balik badan menyerbu arah selatan, dan sesudah terlibat pertempuran berat dan sulit sepanjang tujuh bulan, dia berhasil menaklukkan kota pulau Phoenicia Tyre yang kini bernama Libanon. Tatkala Alexander sedang bertempur di Tyre, dia terima pesan dari Raja Persia mengwarkan separo kerajaannya buat Alexander asal saja Alexander bersedia menyetujui perjanjian perdamaian. Salah seorang jendral Alexander, Parmenio, mengganggap tawaran bagus dan layak diterima.
Sesudah Tyre jatuh, Alexander meneruskan gerakannya ke selatan. Gaza jatuh sesudah bertempur selama dua bulan. Mesir menyerah tanpa pertempuran apa pun. Sesudah menduduki Mesir, Alexander menetap sebentar sekedar memberi waktu istirahat bagi prajurit-prajuritnya. Di negeri itu, waqlupun umurnya baru dua puluh empat tahun, dia diberi anugerah gelar Firaun dan dinobatkan sebagai dewa. Sesudah dirasa cukup istirahat, Alexander dan pasukannya bergerak lagi kembali ke daratan Asia, dan dalam pertempuran hidup-mati yang menentukan di Arbela tahun 331 SM, dia sepenuhnya sudah melumpuhkan sebagian terbesar balatentara Persia.
Sesudah kemenangan gemilang itu Alexander memboyong tentaranya ke Babylon dan menerobos masuk ke kota-kota Persia, Suso dan Persepolis. Raja Persia Darius III (bukannya pendahulunya Darius Yang Agung) dibunuh oleh opsir-opsirnya di tahun 330 SM untuk mencegahnya menyerah kepada Alexander. Walau begitu, Alexander mengalahkan dan membunuh pengganti Darius, dan dalam pertempuran selama tiga tahun, dia sudah menaklukkan semua belahan timur negeri Iran dan mendesak terus ke Asia Tengah.
Dengan segenap Kekaisaran Persia berada di bawah telapak kakinya, Alexander selayaknya ambil keputusan kembali pulang ke negerinya dan mengorganisir daerah kekuasaannya. Tetapi, haus penaklukannya tak tertahankan lagi, karena itu dia meneruskan labrakannya ke Afganistan. Dari situ dia pimpin tentaranya melintasi pegunungan Hindu Kush menuju India. Dia peroleh serentetan kemenangan besar di bagian barat India dan bermaksud melanjutkan serangannya ke bagian timur India. Tetapi, pasukannya sudah lelah dan ngos-ngosan akibat bertempur bertahun-tahun, dan menolak meneruskan penyerbuan. Alexander kembali ke Persia, sesampainya ke Persia, Alexander menghabiskan waktu sekitar setahun untuk mengorganisir tentara dan wilayah kekaisaran yang dikuasainya. Alexander dibesarkan bersama keyakinan bahwa kebudayaan Yunani adalah satu-satunya kebudayaan yang unggul dan jempol dan semua bangsa yang bukan Yunani tak lain tak bukan adalah bangsa barbar. Keyakinan itu sudah tentu tersebar meluas di seluruh alam pikiran dan dunia Yunani, bahkan Aristoteles sendiri berpendapat begitu. Tetapi, lepas dari keberhasilannya menumpas habis tentara Persia, Alexander sadar bangsa Persia samasekali bukan bangsa barbar, dan orang-orang Persia bisa saja sama mampu dan sama pandai dengan orang Yunani. Oleh karena itu Alexander mengandung niat untuk menggabung kedua kekaisaran itu jadi satu, menggabungkan budaya dari kerajaan Graeco-Persia dengan dia sendiri tentu saja berada di atas tampuk pimpinan penguasa. Sejauh yang dapat kita pastikan, dia betul-betul berkehendak agar bangsa Persia merupakan partner sederajat dengan bangsa Yunani dan Macedonia. Dalam rangka melaksanakan rencana ini, dia memasukkan banyak sekali orang Persia ke dalam Angkatan Bersenjatanya. Dia juga mengadakan pesta apa yang disebutnya “Perkawinan Barat dan Timur” di mana ribuan tentara Macedonia secara resmi mengawini puteri-puteri Asia.

2.4 Macedonia menjadi Bangsa Kuat dan Hebat
Macedonia menajdi bangsa kuat dan hebat karena kepemimpinan raja Philip II dan anaknya Alexander Agung, pada masa pemerintahan Alexander Agung inilah Maedonia dapat menjadi bangsa yang kuat dan hebat, hal ini ditandai dengan keberhasilan Alexander Agung menaklukan daerah-daerah yang dikuasainya.

1 comment: