Selamat Datang di "Reformasi Dunia" Insya Allah dapat memberikan manfaat positif bagi pembaca

Tuesday, May 31, 2011

Rumah Rakit Palembang

Latar Belakang Sejarah Rumah Rakit
Sungai Musi merupakan urat nadi kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Menurut data statistik kota Palembang, seluas 52,24 persen kawasan ini merupakan perairan. Dengan kondisi alam yang demikian, masyarakat banyak memanfaat angkutan sungai sebagai alat transportasi baik di dalam kota maupun untuk berhubungan dengan daerah lain.
Banyaknya sungai tidak saja berpengaruh terhadap alat transportasinya, tetapi juga pada arsitektur bangunan untuk tempat tinggal para penduduk. Pemilihan lokasi untuk tempat tinggal, misalnya, biasanya mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya kedekatan dengan sumber mata air, sumber makanan, dan lokasi mata pencahariannya. Bagi masyarakat Palembang, keberadaan sungai-sungai berfungsi sebagai sumber makanan, mata pencaharian, dan terutama sumber air. Dalam arsitektur yang mempunyai konsep built environment, bangunan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, kondisi alam secara langsung akan mempengaruhi perilaku manusia termasuk dalam merancang bentuk arsitektur rumahnya.
Salah satu bangunan yang merupakan ciri khas masyarakat yang hidup di daerah sungai adalah rumah Rakit.
Rumah Rakit adalah bentuk rumah yang tertua di kota Palembang dan mungkin telah ada pada zaman kerajaan Sriwijaya. Pada zaman Kesultanan Palembang semua warga asing harus menetap di atas Rakit termasuk warga Inggris, Spanyol, Belanda, Cina, Campa, Siam, bahkan kantor Dagang Belanda pertama berada di atas Rakit, lengkap dengan gudangnya. Rumah Rakit ini selain sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai gudang, dan kegiatan ekonomi.
Oleh karena perubahan pola pikir manusia dan keterbatasan bahan-bahan untuk membuat rumah Rakit, jumlah rumah Rakit semakin hari semakin sedikit. Kondisi ini diperparah oleh munculnya anggapan dari pihak pemerintah daerah bahwa keberadaan rumah Rakit membuat kumuh pemandangan sungai. Adanya pendapat bahwa rumah Rakit merupakan simbol kekumuhan dan sumber pencemaran tidak jarang menjadi alasan untuk menggusur keberadaan rumah Rakit.
Padahal jika dikelola dengan baik, keberadaan rumah Rakit dapat menjadi penopang perekonomian daerah, misalnya sebagai komoditi wisata. Pembangunan kembali rumah-rumah Rakit oleh pemerintah daerah untuk mendukung pariwisata daerah tentu merupakan langkah strategis untuk menjaga kelestarian rumah Rakit, hanya saja jika penghuni asli tidak diikutsertakan dalam gerak pembangunan pariwisata, bukan mustahil, pembangunan merupakan bencana bagi penduduk asli.


Asal-Usul Rumah Rakit Palembang
Pada tahun 1659 merupakan kekalahan Palembang melawan Verenidge Oost Indische Compagnie, kekalahan itu telah membuat Raja Palembang yaitu Sido Ing Rejek bertetiterah ke pedalaman, yaitu ke Sakatiga, Inderalaya. Kemudian dia digantikan oleh Ki Mas Hindi, dia juga dikenal sebagai Pangeran Aryo Kesumo Abdurrahim yang mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Iman. Dia memutuskan hubungan dengan Mataram pada tahun 1659, namun sebenarnya Sultan Abdurrahman masih ingin menjalin hubungan baik dengan Mataram tetapi hal itu tidak berjalan mulus dikarenakan setelah menyandang gelar sultan, Ki Mas Hindi membuat aturan-aturan baru dalam tata pemerintahan maupun kehidupan masyarakatnya di Palembang.
Salah satu aturan yang dibuatnya adalah menetapkan bahwa semua orang-orang yang bukan muslim dan orang-orang yang bukan pribumi harus membuat rumah di atas rakit untuk ditempati. Baru pada masa sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo anak dari Sri Paduka Sultan Muhammad Mannsyur Jayo Ing Lago Bin Susuhunan Abdurrahman (1700-an) menetapkan bahwa para pemukim Arab yang dinilai memiliki kedekatan spiritual dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian di Palembang diizinkan untuk tinggal di daratan sehingga sekarang dapat kita temui kampung Arab yang terletak di 13 Ulu Palembang, orang-orang muslim inilah yang memimpin orang-orang yang bukan muslim yang tinggal di rumah rakit dan menjabat sebagai lurah atau kepala desa.
Jadi, asal-usul rumah rakit Palembang berdiri pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Iman yang mengharuskan orang-orang bukan muslim untuk membuat rumah di atas rakit karena dinilai tidak memiliki kedekatan spiritual dan kurang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian Palembang pada saat itu.

Pengertian Rumah Rakit Palembang
Rumah rakit Palembang merupakan tempat tinggal tetap (tidak berpindah-pindah) yang terapung. Rumah jenis ini terbuat dari kayu dan bambu dengan atap kajang (nipah), sirap dan belakangan ini menggunakan atap seng (bahan yang lebih ringan). Rumah rakit dibangun di atas sebuah rakit, baik yang terbuat dari rangkaian balok-balok kayu ataupun dari bambu-bambu. Pintu pada rumah rakit bisanya ada dua, satu menghadap ke sungai dan yang satunya lagi menghadap ke daratan. Jendelanya, biasanya, berada pada sisi kiri dan kanan dinding rumah rakit, tetapi ada juga yang berada di sisi kanan dan kiri pintu masuk rumah. Dalam sejarahnya, rumah rakit bukan sekadar hunian darurat melainkan juga sebagai rumah untuk mengangkut barang dagangan oleh pedagang dari kawasan Uluan Palembang ke pusat kota, bangunannya sendiri ikut mereka jual setelah sekian lama tertahan berbulan-bulan di pinggiran kota sungai musi. Sejumlah rumah rakit merupakan warisan lintas generasi yang tahan dihuni puluhan tahun, meskipun bambu yang mendasari rakit dan tiang penambat perlu diganti secara periodik.
Agar bangunan rumah rakit tidak berpindah-pindah tempat, keempat sudutnya dipasang tiang yang kokoh. Ada kalanya untuk memperkokoh posisi dari rumah rakit, bangunan diikat dengan menggunakan tali besar yang terbuat dari rotan dan diikatkan pada sebuah tonggak kokoh yang ada di tebing sungai. Keberadaan tali tersebut sebagai antisipasi jika tonggak pada keempat pojok rumah rakit rusak atau lapuk.

Tahap Pembanggunan Rumah Rakit Palembang
1. Persiapan
a. Musyawarah : Sebelum membangun rumah, satu hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah musyawarah antara suami dan istri. Musyawarah ini berkaitan dengan kesiapan financial untuk membangun rumah. Setelah musyawarah antara suami-istri selesai, dilanjutkan dengan musyawarah dengan keluarga dekat dan tetangga sekitar. Dalam musyawarah tersebut, orang yang hendak mendirikan rumah mengabarkan bahwa dia hendak membangun rumah.
b. Pengadaan bahan :
Bahan-Bahan untuk membuat rumah rakit seperti :
1. Bambu. Bahan utama pembuatan rumah rakit adalah Bambu. Bambu yang digunakan adalah bambu jenis manyan. Bambu ini di samping tahan lama juga besar-besar sehingga cukup bagus digunakan sebagai pelampung agar bisa mengambang di atas permukaan air. Di samping bahan untuk membuat bagian bawah rumah rakit, bambu juga digunakan untuk membuat dinding, yaitu dengan cara dicacah dan direntangkan, pelupuh.
2. Balok kayu. Selain mengunakan bambu, adakalanya pelampung menggunakan balok kayu.
3. Papan. Untuk membuat dinding rumah rakit, selain menggunakan bambu, juga sering menggunakan papan.
4. Ulit. sejenis daun yang dianyam. Bahan ini digunakan untuk membuat atap rumah rakit.
5. Rotan. Rotan yang digunakan ada dua macam, yaitu rotan selinep dan rotan sago. Rotan selinep adalah rotan kecil yang digunakan untuk mengikat bagian atas rumah rakit, sedangkan rotan sago adalah rotan yang digunakan untuk mengikat bambu-bambu yang digunakan sebagai bahanBambu merupakan bahan utama untuk membuat rumah Rakit. Untuk mendapatkan bambu ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu mencari sendiri di hutan atau memesan kepada pedagang bambu. Bambu yang dicari sendiri ke hutan ataupun dipesan kepada pedagang bambu, ukurannya disesuaikan dengan peruntukannya, misalnya untuk pelampung, dinding atau langit-langit.
2. Tahap Pembangunan
Setelah semua bahan-bahan terkumpul, pembangunan rumah rakit dapat segera dilakukan. Pendirian rumah rakit secara garis besar terdiri dari tiga tahap, yaitu: pembangunan bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas. Adapun proses pembuatannya sebagai berikut:
1. Bagian Bawah
Bagian bawah dari rumah rakit merupakan bagian terpenting. Bagian ini, menentukan kokoh tidaknya rumah rakit. Oleh karena itu, pembangunan bagian bawah rumah rakit dilakukan secara cermat, mulai dari pemilihan bahan (bambu-bambu) sampai pada proses merangkai bahan-bahan tersebut menjadi pelampung. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
a. Bambu-bambu yang dipersiapkan sebagai pelampung dilubangi pada ujung dan pangkalnya.

b. Setelah itu, kemudian dirangkai dengan memasukkan sepotong kayu sebagai pasak pengikat. Setiap rangkaian bambu terdiri dari 8 sampai 12 batang bambu. Proses merangkai batang bambu ini disebut mengarang.


c. Jumlah rangkaian batang bambu yang dibuat berjumlah 6 sampai 8 ikatan.
d. Rangkaian tersebut kemudian ditumpuk menjadi satu ikatan yang tersusun. Susunan bambu tersebut berjumlah 48 sampai 96 batang bambu. Agar ikatan pada rangkaian bambu tersebut semakin kuat, maka selain menggunakan pasak pengikat, juga diikat dengan menggunakan rotan.


e. Kemudian rangkaian bambu tersebut dihubungkan dengan balok-balok kayu yang dipasang melintang sehingga menjadi sebuah lanting (lantai).


f. Agar ikatan semakin kuat, pada jarak antara setengah sampai satu setengah meter, lanting tersebut diikat dengan rotan.
g. Selesainya pengikatan pada lanting, maka pembuatan bagian bawah rumah Rakit sudah selesai.
2. Bagian Tengah
1. Setelah pembuatan bagian bawah rumah rakit selesai, yang ditandai dengan keberadaan lanting, maka proses selanjutnya adalah pemasangan sako. Sako ditegakkan di atas alang yang berada pada bagian atas lanting. Namun sebelum ditegakkan, sako terlebih dahulu diberi puting.
2. Dilanjutkan dengan pemasangan alang panjang. Alang panjang diletakkan pada bagian atas sako.
3. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan jenang. Seperti halnya sako, pada ujung jenang diberi puting yang digunakan untuk menghubungkan bagian atas jenang dengan alang panjang.
4. Dilanjutkan dengan pemasangan sento-sento. Sento menjadi tempat dilekatkannya dinding rumah rakit.
5. Setelah jenang dan sento selesai dipasang, selanjutnya adalah pemasangan dinding rumah Rakit. Dinding rumah rakit dibuat dari pelupuh yang bagian ujung, pangkal dan tengahnya diberi pengapit. Pelupuh adalah bambu yang dicacah dan direntangkan. Pelupuh tersebut dipaku pada jenang dan sento-sento.
6. Selanjutnya pemasangan pintu dan jendela. Pada tahap ini juga dibuat ruangan untuk dapur, khususnya jika dapur yang dibuat berada dalam satu bangunan rumah rakit.
7. Selesainya pemasangan pintu dan jendela berarti pembangunan rumah rakit bagian tengah telah selesai.
3. Bagian Atas
Pembangunan bagian atas rumah rakit ditandai dengan pemasangan alang panjang, kasau, dan atap. Proses pembuatan bagian atas rumah rakit adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan alang panjang di atas sako dan jenang.
2. Pemasangan kuda-kuda. Kuda-kuda dipasang di atas alang panjang dan dihubungkan dengan alang sunan.
3. Dilanjutkan dengan pemasangan kasau. Setelah kasau terpasang semua, kemudian ujung-ujung kasau dipotong agar rata.
4. Setelah pemasangan kasau selesai, atap segera dipasang. Bahan atap terbuat dari daun nipa. Daun nipa tersebut dilekatkan pada sako dengan cara diikat dengan rotan. Ada juga yang menggunakan seng sebagai atap rumah.
5. Dilanjutkan dengan pemasangan langit-langit ruangan. Langit-lagit ruangan dibuat menggunakan pelupuh.
Selesainya pemasangan langit-langit berarti pendirian rumah rakit sudah selesai dan rumah sudah siap untuk ditempati. Untuk menempati rumah yang baru selesai dibangun tersebut, pemilik rumah terlebih dahulu mengadakan selamatan dan mencari hari baik.
Bagian dari Rumah Rakit Palembang
Rumah rakit merupakan bangunan rumah tinggal tetap (tidak berpindah-pindah) yang terapung. Secara garis besar, rumah Rakit dapat dibagi menjadi dua bagian saja, yaitu untuk tempat tidur dan untuk kegiatan sehari-hari. Pada bagian untuk kegiatan sehari-hari, biasanya juga digunakan sebagai tempat menerima tamu. Dapur, jika berada dalam satu bangunan, biasanya berada di sisi luar ruang tidur. Tetapi terkadang ruangan untuk dapur dibangun terpisah.

2 comments:

  1. Replies
    1. hahahaa mbak mbok mbak bok, biaso'o panggil doel, he selamat mengcopy paste y nek, di baca lagi jgn langsung jadi makalah...

      Delete