UNDANG-UNDANG
SIMBUR CAHAYA
(Undang-undang
yang diturut di dalam huluan negeri Palembang)
BAB
I Adat Bujang Gadis dan Kawin
Pasal
l
Jika bujang
gadis hendak kawin, mesti orang tua bujang dan orang tua gadis memberi tahu
kepada pasirah atau kepala dusun itulah terang namanya.Dan bujang bayar adat
terang yaitu upah tua atau upah batin 3 ringgit dan setengah ringgit pulang
pada pasirah amit menutup surat dan satu ringgit setengah pulang kepada kepala
dusun dan satu ringgit juruh namanya pada punggawa-punggawa dan jika bujang dan
gadis lain-lain marga atau dusun, upah tua itu dibahagi dua, sebahagi pada
pasirah perwatin. Dan punggawa marga atau dusun bujang dan sebahagi pada
pasirah perwatin dan punggawa marga atau dusun gadis.
Pasal
2
Jika rangda
hendak kawin mesti sanaknya dan sanak yang bakal lakinya pada kepala dusun dan
laki-laki memberi pesaitan satu ringgit pada pasirah atau kepala dusun dan
dibahagi bagaimana tersebut di pasal 1.
Pasal
3
Dan laki-laki
yang kawin bayar pada isterinya dua ringgit satu suku emas, tiada boleh lebih
dan tiada boleh sekali-sekali orang tua atau ahli gadis atau rangda minta uang
jujur atau lain-lain pemberian. Pada laki-laki yang kawin dan jika ada orang
yang melanggar aturan ini atau minta jujur, mesti pasirah perwatin serahkan pada
kepala divisi, kena hukuman raja dan orang itu ditarik denda 12 ringgit dan 12 ringgit
itu pulang pada siapa yang bawa perkara itu pada kepala divisi.
Pasal
4
Dan dari belanja
dapur yaitu belanja kawin, bujang yang bayar, jika bujang yang kawin suka,
boleh ia kerja besar dan jika bujang yang miskin mesti kerja kecil dan dari
belanja dapur tiada boleh menjadi bujang berutang pada mertuanya atau ahli isterinya.
Pasal 5
Dan bujang yang
kawin, jika suka boleh bayar adat lama bagaimana tersebut di bawah ini: Upah
beranak 4 ringgit emas, bunga kuku 1 ringgit atau cincin emas harganya 1 ringgit,
pengamitan waktu gadis turun dari rumah 1 ringgit. Tiga pasal ini bujang bayar
pada gadis punya orang tua perempuan, maka orang tua membalas dengan 3 bantal
dan selimut perujutan waktu bujang hendak bawa isterinya ia ujud pada mertuanya
satu wangkat yaitu setengah ringgit pada bapaknya dan setengah ringgit pada
umak isterinya, tameng buka lawang satu ringgit bujang bayar pada umak gadis,
pelangkahan dua ringgit jika gadis yang kawin ada kakaknya yang belum berlaki,
hendak bujang membayar padanya adat pelangkahan dua ringgit dan jika rangda kawin
tiada pakai pembayaran yang tersebut diatas ini, melainkan boleh bayar adat
pengamitan satu ringgit.
Pasal
6
Jika bujang
gadis bergubalan, tiada bunting atau bujang bambang gadis, bujang itu kena
pelayan 6 ringgit dan bujang gadis itu hendak dikawinkan bagaimana adat terang,
tiada membayar lagi upah batin. Dari pelayan 6 ringgit, 1 ringgit pulang pada
pasirah (amit menutup surat namanya), 3 ringgit pulang pada kepala dusun dan 2
ringgit pada punggawa-punggawanya. Dan jika bujang gadis lain-lain marga atau
dusun itu, denda dibagi dua, sebagi pulang pada pasirah, proatin dan
punggawa marga
atau dusun bujang dan sebagi pulang pada pasirah, proatin dan punggawa marga
atau dusun gadis.
Pasal
7
Jika rangda bergubalan
tiada bunting atau dibambang laki-laki, hendak laki-lakiitu membayar denda 3
ringgit dan kawin bagaimana adat terang, tetapi tiada membayar lagi pesaitan.
Dari denda 3 ringgit, 1/2 ringgit pulang pada pasirah (amit menutup surat), dan
1,5 ringgit pulang pada kepala dusun dan 1 ringgit pada punggawa punggawanya
dan jika itu laki-laki dan rangda lain-lain marga atau dusun, denda dibagi dua,
sebagi pulang pada pasirah, proatin dan punggawa lakilaki dan sebagi pulang
pada pasirah, proatin dan punggawa rangda.
Pasal 8
Jika bujang
gadis bergubalan, lantas bunting, maka bujang kena denda 12 ringgit dan bujang
gadis itu hendaklah masa itu juga dikawinkan. bagaimana adat terang, akan
tetapi tiada membayar lagi upah batin. Dari denda 12 ringgit, jika didusun pasirah
pulang pada pasirah 10 ringgit dan 2 ringgit pada punggawapunggawanya, dan jika
di dusun pengandang 6 ringgit pulang pada pasirah, 4 ringgit pada kepala dusun
dan 2 ringgit pada punggawa-punggawanya. Dan jika bujang gadis lain -lain marga
atau dusun, itu denda dibagi dua bagaimana tersebut di pasal 6.
Pasal
9
Jika rangda
bergubalan lantas bunting, yang laki perbuatan kena denda 12 ringgit, bagaimana
juga gadis bergubalan dan orang dua itu. Hendaklah masa itu juga dikawinkan dan
denda dibagi sebagaimana tersebut di pasal 8 juga. Pihak yang mungkir, tidak
suka dikawinkan misti membayar penyingsingan. 8 ringgit.
Pasal
10
Jika gadis atau
rangda bunting, tiada nyata siapa yang punya perbuatan, perempuan itu
dipanjingkan pada pasirahnya tiada boleh lebih dari 3 tahun lamanya, sesudah
itu maka perempuan itu pulang kepada orang tuanya atau sanaknya serta dengan
anaknya dan jika sanak perempuan bunting gelap itu suka bayar 12 ringgit pada
pasirahnya, perempuan itu boleh pulang pada sanaknya, tiada boleh pasirah
tahan.
Pasal
11
Jika perempuan
yang bunting gelap tiada nyata siapa punya perbuatan, lantas pergi menumpang di
rumah orang akan beranak, maka orang yang punya rumahm itu kena tengang satu
kambing.
Pasal
12
Jika bujang
gadis akan ditunangkan, hendak bapak bujang hantar juadah pada kepala dusun dan
punggawanya, sesudah itu maka terang namanya
Pasal
13
Jika bujang
gadis bertunang dengan terang, maka gadis itu dibambang bujang yang lain atau
ahli gadis mungkir, tiada suka lagi pada bujang yang bertunang tiada dengan
sebabnya yang patut, bapa gadis itu kena 8 ringgit penyingsingan namanya pada
bujang, lagi kerugiannya ditimbang atas kepatutan pasirah proatin, jika bujang
gadis bertunang, maka bujang menyimpang segala pertanda dan kerugiannya hilang
tidak dapat didakwanya kepada gadis atau sanaknya, jika bujang gadis bertunang,
maka bujang itu kerap gawi dengan gadis lain sampai kawin dengan perempuan itu,
maka bujang itu tiada dapat kawin dengan tunangannya jika ahli warisnya tidak
suka akan bujang itu.
Pasal
14
Jika bujang
tolak tunangannya tiada dengan sebabnya, melainkan kerugian. bujang tiada boleh
didakwa.
Pasal
15
Jika bujang
gadis bertunang, maka rasa bujang terlambat dikawinkan lantas nangkap batin,
hendaklah bujang itu dikawinkan dengan. Tunangannya serta ia kena pelayanan 6
ringgit.
Pasal
16
Jika bujang
menangkap batin, artinya ia menyerahkan kerisnya pada proatin, mintak kawin
dengan satu gadis, maka bujang itu ada gade dari gadis itu, hendaklah bujang
dan gadis itu dikawinkan dan bujang bayar pelayan 6 ringgit.
Pasal
17
Jika bujang
nangkap batin dan tiada ada gade dari gadis atau gadis tiada mengaku gadenya,
serta bujang tiada ada saksinya, melainkan bujang itu tiada boleh dikawinkan.
dan ia kena denda 6 ringgit lagi bayar pada itu gadis 4 ringgit. Dari denda 6
ringgit dibagi bagaimana pelayan juga.
Pasal 18
Jika laki-laki
senggol tangan gadis atau rangda naro gawe namanya, ia kena denda 2 ringgit,
jika perempuan itu mengadu dan 1 ringgit pulang pada perempuan itu dan 1
ringgit jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal
19
Jika laki-laki
pegang lengan gadis atau rangda meranting gawe namanya, ia kena denda 4
ringgit, jika perempuan itu. mengadu dan 2 ringgit pulang pada perempuan itu
dan 2 ringgit jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal
20
Jika laki-laki
pegang di atas siku gadis atau rangda meragang gawe namanya, ia kena denda 6
ringgit, jika perempuan itu mengadu dan 3 ringgit pulang pada perempuan itu dan
3 ringgit jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal
21
Jika laki-laki
pegang gadis atau rangda lantas peluk badannya meragang gawe namanya, ia kena
denda 12 ringgit, jika perempuan itu mengadu dan 6 ringgit pulang pada
perempuan itu dan 6 ringgit pulang pada pasirah, jika di dusun pengandang 3
ringgit pulang pada pasirah dan 3 ringgit pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal
22
Jika bujang
nangkap gadis atau rebqt keinnya atau kembangnya tidak dengan suka gadis atau
ahlinya gadis nangkap rimau namanya, maka itu bujang kena denda 12 ringgit,
lagi bayar pada gadis 8 ringgit, denda dibagi kepada pasirah proatin serta punggawa
bagaimana denda bergubalan. Dan jika gadis suka kawin dengan bujang itu, boleh
dikawinkan, maka bujang itu tiada membayar lagi 8 ringgit pada gadis, tetapi
denda 12 ringgit hendak juga dibayar.
Pasal
23
Jika orang punya
bini membuat gawe dan lakinya mengadu, perempuan kena hukuman raja dan
kehendaknya dihukum satu kerbau pada lakinya dan kena 12 ringgit denda pada
pasirah proatin.
Pasal
24
Jika laki-laki
pegang orang punya bini ia kena denda 12 ringgit jika perempuan itu atau
lakinya mengadu dan 6 ringgit pulang pada perempuan dan 6 ringgit dibahagi bagaimana
tersebut di pasal 21.
Pasal
25
Jika laki-laki
bergubalan atau larikan atau kerap gawe dengan orang punya bini, ia kena setengah
bangun yaitu 20 ringgit kepada lakinya perempuan itu dan lagi ia kena denda 12
ringgit pada pasirah proatin dan punggawa. Jika laki-laki bambangperempuan
bercerai, belum habis dia punya idahnya tiga bulan delapan belas hari,jika
cerai mati ampat bulan sepuluh hari lamanya, kena 6 ringgit, 3 ringgit pulang pada
ia dan 3 ringgit pulang pada pasirah proatin dan punggawanya.
Pasal
26
Rangda boleh
dianggau oleh saudara atau sanak lakinya yang telah mati, jika rangda suka,
akan tetapi jika rangda tiada suka sekali-sekali tiada boleh dipaksa.
Pasal
27
Jika sumbang di
dalam dusun, tiada boleh itu perkara diputuskan oleh pasiran, melainkan perkara
itu hendaklah ia bawak kepada rapat besar kena hukuman raja. Sumbang besar
musti dihukum lagi buat pembasuh dusun seekor kerbau, dan Sumbang kecil seekor
kambing, yaitu dengan beras, kelapa dan lain-lain keperluan sedekah yang cukup.
Pasal
28
Dari perkara
bicara bujang gadis, tiada boleh pasirah proatin ambil tanda serah.
Pasal
29
Siapa yang
melikus orang perempuan mandi serta lanang bersimbun bengkarang jepak jangal
namanya, kena 4 ringgit.
Pasal 30
Jika orang yang
punya anak gadis berasan dengan bujang dua atau tiga akan jadi menantunya ayam
satu bertembung dua namanya, kena harga kerbau atau kena denda 6 ringgit yaitu
3 ringgit pulang pada pasirah dan 3 ringgit pulang pada orang yang urung jadi
mantunya (tekap malu).
Pasal
31
Jika ada bujang
nabuh suling keliling rumah yang ditungguh gadis, maka tua rumah tiada suka
kumbang melilit gedung namanya, bujang kena kerbau 4 ringgit.
Pasal
32
Jika bujang
gadis berjalan, maka bujang rebut kembang dari kepala gadis lang menarap buih
namanya, bujang itu kena denda 2 ringgit.
BAB
II Aturan Marga
Pasal
1
Di dalam
satu-satu marga ditetapkan satu pasirah yang memerintah atas segala hal marganya
dan pasirah itu orang banyak yang memilih dan Raja yang angkat serta kasih
nama.
Pasal
2
Di bawah pasirah
ditetapkan satu punggawa marga, pembarap namanya, kedudukannya di atas segala
pengandang, karena dia yang memerintah marga waktu pasirah berjalan atau
lain-lain halnya.
Pasal
3
Di dalam Dusun
pasirah tetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa hakim serta satu Khatib yang
tolong atas pekerjaan Lebai Penghulu.
Pasal
4
Tiada boleh
pasirah angkat atau berhentikan proatin, punggawa dan kaum, jika tiada dengan
izin yang kuasa di dalam batanghari.
Pasal
5
Jika proatin,
punggawa atau kaum akan berganti, sebab mati atau lain-lain hal, hendaklah
orang banyak unjuk yang patut jadi gantinya dan pasirah membawa orang itu menghadap
yang kuasa di dalam batanghari supaya diangkat.
Pasal
6
Di dalam dusun
pasirah hendak buat satu pasungan, maka orang yang maling berkeliling/ataq
lain-lain orang jahat yang akan dibawa pada yang kuasa di dalam batanghari,
boleh pasirah suruh pasung, akan tetapi tiada boleh lebih dari dua hari dua
malam, lantas hendaklah dibawanya di dalam pasungan menghadap yang kuasa, jika
ada orang punya perkara lantas mengadu kepada pasirah, maka sebelum diputuskan
perkaranya oleh pasirah orang yang mengadu putuskan perkaranya sendiri, kena 12
ringgit kelangkang kelingking anak macan uru kenuling namanya.
Pasal
7
Di tiap-tiap
dusun pasirah diatur kemit marga dari 6 sampai 20 orang atas timbangan yang
kuasa, kerjanya kemit marga tunggu gardu dan antar pos mudikmilir menjadi opas
diperahu gubernement dan menjadi suruhan pasirah panggil proatin atau peranakan
lagi dia orang yang memelihara balal pangkalan paseban dan gardu dan kemit
marga itu 5 hari bergilir.
Pasal
8
Aturan hantar
julat tiada boleh dipakai lagi, melainkan yang dipakai hantar marga ialah
berganti di dusun pasirah.
Pasal
9
Jika ada
hantaran lebihdari 6 orang, tiada boleh kemit marga dibawanya, melainkan orang
banyak bergilir hantar, Jika ada perahu gubernemen mudik atau milir membawa
kuli darl Palembang, hendak satu kemit marga menjadi opas dan jika ada kuli
yang sakit atau lari hendak digantinya dengan kemit marga atau hantaran dan
jika opas atau manclor perahu minta tambah hantaran lain dari bakal gantinya
kuli yang sakit atau lari tiada boleh pasirah atau proatin memberi dan jika
kuli perahu ada perbuatannya kurang patut hendak pasirah mengadu pada yang
kuasa.
Pasal
10
Jika ada perahu
mudik milir membawa cap macan hendak dikasih hantaran bagaimana patut.
Pasal
11
Hendak pasirah
dan proatin pelihara jalan-jalan di dalam watasnya, maka jalan besar bukanya
ampat depa yaitu 24 kaki, jalan simpangan bukanya 2 depa yaitu 12 kaki di
pinggir jalan hendak dibuat laren dalamnya satu hasta dan bukanya satu hasta
juga dan ditiap-tiap sungai hendak dibuat jembatan galarnya papan dan belandarnya
kayu yang awet.
Pasal
12
Di dalam satu
marga atas timbangan yang punya kuasa hendak dibuatkan satu rumah dan tangsi
atau grogol tempat orang gubernemen tumpang bermalam.
Pasal
13
Rumah, tangsi,
jalan, jembatan, kernit marga hantaran arahan itulah gawe raja namanya.
Hendaklah segala mata pajak angkut-kannya tiada boleh sekali-sekali dilepaskan,
jika tiada dengan izin yang kuasa.
Pasal
14
Siapa yang
tinggalkan gawe raja, putus gawi namanya, kena denda 3 ringgit lagi ia
mernbayar upah pada orang yang mengganti kerjanya bagaimana kepatutan di dalarn
marga.
Pasal
15
Dan yang dilepaskan dari segala
pekerjaan tersebut di bawah ini yaitu pasirah, punggawa Marga, proatin,
punggawa dusun, lebai penghulu, khatib, orang tua atau sakit, yang lepas dari
aturan pajak anak pasirah yang tua dan kedua anak proatin yang tua, anak lebai
penghulu yang tua.
Pasal
16
Tiada boleh
pasirah menerima orang asing di dalarn marga akan berladang, ajar mengaji,
berpandai ernas atau beri tukang kayu atau lain-lain orang yang akal berhenti
lebih dari satu bulan di dalarn marga, jika tiada dengan surat izin dari yangkuasa
di dalam batanghari.
Pasal
17
Pasirah
diizinkan pakai cap itulah tanda dia orang yang jalankan kuasa raja di dalam marga
dan tiada boleh orang lain pakai cap, melainkan pasirah dan jika pasirah
berganti, capnya hendak diserahkan pada gantinya.
Pasal
18
Tiada boleh
peranakan dari suatu marga pergi di marga lain, jika tiada membawa pas yaitu
cap dari pasirahnya dan cap itu boleh dipakai satu kali jalan dan mana kala
pulang ke marganya surat itu hendak dipulangkan kepada pasirah atau kepala dusun
dan yang hilangkan surat pas atau tiada pulangkan surat itu di dalam sehari semalam,
kena denda satu rupiah dan jika peranakan keluar dari marga tiada dengan surat
cap dari pasirah, hendaklah orang marga lain tangkap dan serahkan
pada pasirahnya
dan orang yang tertangkap kena denda satu sampai dua ringgit dan uang itu
pulang kepada yang menangkap.
Pasal
19
Pasirah tanggung
atas perbuatan peranakannya yang ia memberi padanya cap berjalan dan jika
pasirah rasa peranakannya hendak berjalan dengan maksud yang tiada sernpurna
boleh pasirah larang serta jangan dikasih cap, akan tetapi jika orang itu hendak
mengadu kepada yang kuasa tiada boleh pasirah larang melainkan pasirah suruh
punggawa hantar orang itu pada yang kuasa.
Pasal
20
Jika pasirah
kirim surat dimana-mana yang patut, boleh pakai cap supaya terang.
Pasal
21
Dari
pasirah-pasirah hendak pakai kupiah air emas dan payung merah pinggirnya kuning
dua dim lebarnya dan ebek perahu serta pengayuh merah pinggir kuning dan isteri
pasirah boleh pakai payung dan lain-lain bagairnana pasirah juga.
Pasal
22
Jika pasirah
membawa pajak atau berjalan di dalam kerja raja, hendaklah orang marga kasih
perepat arahan narnanya bagaimana patut.
Pasal
23
Dan pasirah
hendak ajak proatin serta orang banyak pasang perangkap macan, maka jika
beroleh macan kuping dan buntut macan itu dikirim pada yang kuasa dapat
pernberian sepuluh rupiah ke atas.
Pasal
24
Tiada boleh
orang simpan senjata lepas senapang pernuras atau lilla, jika tiada dengan
surat izin dari yang kuasa orang, pedusunan yang kena sakit akal dan sakit gila
hendak orang banyak peliharanya supaya jangan jadi celaka atas orang banyak.
Pasal
25
Dari batang
kelutum unglen kulim dan tembesu, tiada boleh orang menebang jika tiada dengan
izin yang kuasa di dalam batanghari.
Pasal
26
Kulit ngarawan
tiada boleh orang ambil, jika tiada dengan menebang batangnya serta dijadikan
ramuan rumah.
Pasal
27
Tiada boleh
orang laki-laki pindah ke marga lain atau ke dusun lain, jika tiada dengan izin
yang kuasa di dalam batanghari.
Pasal 28
Jika orang
beristeri di dusun lain atau di marga lain, hendaklah isterinya turut di dusun
lakinya dan tiada boleh sekali-sekali ambil anak artinya laki-laki turut di dusun
mertuanya.
Pasal
29
Jika perernpuan
berlaki di dusun asing, lantas lakinya mati, hendak juga perernpuan itu tinggal
di dusun lakinya yang mati, tetapi jika ia suka berlaki dimana-mana tiada boleh
orang tegah, melainkan ia turut di dusun dan marga laki yang baharu, tetapi
jika ada pada permpuan itu anak, maka anak itu tinggal pada ahli waris lakinya
yang mati, tiada boleh ia bawa dan jika anaknya lagi kecil belum patut
dilepaskan dari umaknya, boleh ia pelihara dahulu, maka sarnpai uurnya anak itu
pulang di dusun bapaknya lantas ahlinya hendak bayar pada umak dan bapak kualon
8 ringgit pengen dongan namanya.
BAB
III Aturan Kaum
Pasal
1
Di dalam dusun
pasirah ditetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa hakim, maka Lebai Penghulu
itu jadi kepala segala kaum di dalam marganya dan kaum-kaum hendaklah turut
perintah Lebai Penghulu.
Pasal
2
Di dalam dusun
pasirah ditetapkan satu atau dua Khatib akan tulung atas pekerjaan Lebai
Penghulu.
Pasal
3
Di dalam
satu-satu dusun pengandang ditetapkan satu atau dua Khatib yang tiada boleh
kuasa hukum.
Pasal
4
Pasirah hendak
pilih siapa yajg petut jadi kaum di dalam marganya dan bawa pada yang kuasa di
dalam batanghari supaya dikirim menghadap seri paduka tuan besar di Palembang
serta minta surat cap dari pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama di
Palembang.
Pasal
5
Mu’azin, bilal
dan marbot tiada boleh dipakai di huluan.
Pasal
6
Hendak Lebai
Penghulu serta Khatib-khatib tulung atas pekerjaan pasirah proatin, maka dia
orang hendak pelihara buku jiwa di dalam satu-satu dusun dan tulis orang yang
kawin dan mati dan perhitungan pajak.
Pasal
7
Seboleh-seboleh
hendak pasirah cahari orang yang tahu menyurat bakal jadi kaum.
Pasal
8
Kaum-kaum tiada
boleh nikahkan orang, jika tiada dengan izin kepala dusun.
Pasal
9
Tiap-tiap tahun
hendak Khatib-khatib kasih salinan buku orang kawin atau mati pada Lebai
Penghulunya, maka Lebai Penghulu hendak tiap-tiap tahun kasih salinan buku
orang kawin dan mati di dalam marganya pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama
di Palembang.
Pasal
10
Dari hari
selikur sampai hari-hari tigapuluh bulan puasa, boleh kaum-kaum minta fitrah,
jika orang suka kasih satu gantang fitrah satu jiwa, di dalam itu Lebai Penghulu
hantar satu gantang di dalam satu rumah pada paduka Pangeran Penghulu Nata
Agama, yang lain jadi pemakan kaum-kaum di dalam marga.
Pasal 11
Jika orang suka
kasih zakat, boleh kaum-kaum pungut sepuluh gantang di dalam seratus gantang
padi, maka dibahagi bagaimana tersebut di bawah ini: - 10 gantang di dalam 100
dihantar di Palembang pada paduk Pangeran Penghulu menjadi pemakan orang
miskin. - 30 gantang di dalam 100 pulang pada Lebai Penghulu - 30 gantang di
dalam 100 pulang pada khatib-khatib di dusun pengandang - 30 gantang di dalarn
100 menjadi pemakan orang yang pelihara masjid dan langgar.
Pasal
12
Kaum-kaum hendak
pelihara masjid, langgar, padasan dan keramat-keramat.
Pasal
13
Orang yang kawin
hendak bayar batu kawin satu orangnya setengah rupiah kepada kaum yang
nikahkannya.
Pasal
14
Kaum-kaum hendak
mandi dan sembahyangkan orang mati, tiada boleh minta pernbayaran melainkan
sesuka orang kasih.
Pasal
15
Hendak kaum-kaum
mengajar anak-anak di dalam dusun mengaji dan menyurat, tiada dengan
pembayaran, melainkan sesuka orang kasih.
Pasal
16
Pasirah dengan
Lebai Penghulu hendak pelihara anak yatim piatu di dalam marganya serta pegang
terikatnya sampai anak itu umur 14 tahun.
Pasal
17
Jika Lebai
Penghulu hendak mengantar fitrah atau zakat di Palembang, hendak pasirah kasih
perpat dua orang mata pajak.
Pasal 18
Lebai Penghulu
dan Khatib lepas dari aturan pajak dan bebeban dan dari segala pekerjaan marga
dan dusun ialah kemit hantar dan berkuli.
Pasal
19
Dari fitrah dan
zakat di dalam marga hendak Lebai Penghulu kumpulkan di dalam tangannya dan
tentukan gilir dari kaum yang, hantar fitrah atau zakat ke Palembang, tiada
boleh kaum dari dusun pengandang milir membawa bahagian dusun melainkan
pungutan di dalam marga dihantar oleh suruhan Lebai Penghulu.
|