1. Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan
Timur, yaitu Hulu Sungai Mahakam. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan daerah
diketemukannya prasasti, prasasti yang menyebutkan bahwa telah berdiri dan
berkembangnya kerajaan yang mendapat pengaruh Hindu (India). Wilayah Kerajaan
Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, hampir menguasasi seluruh wilayah Kalimantan
Timur.
Bukti keberadaan Kerajaan Kutai dapat
dibuktikan dengan prasasti dan tiang batu (Yupa). Yupa itu sendiri digunakan
sebagai upacara penyembahan kepada dewa dengan mengikat hewan kurban sebagai
bentuk persembahan rakyat Kutai untuk dewa yang mereka puja.
Muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu
di Kutai, menyebabkan perubahan dibidang pemerintahan yang tadi dipimpin kepala
suku menjadi pemerintah kerajaan. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan
Kutai diantaranya Kudungga, Aswawarman dan Mulawarman. Awal masa keemasan
Kerajaan Kutai berada pada masa pemerintahan Aswawarman yaitu terjadinya
upacara pelepasan kuda yang bertujuan menentukan batas Kerajaan Kutai dan untuk
masa puncak keemasan Kerajaan Kutai berada pada masa pemerintahan Mulawarman,
yang berhasil membuat rakyat dapat hidup tenteram dan sejahtera.
Kerajaan Kutai runtuh ketika Raja Dharma
Setia tewas ditangan Raja Kutai Kartanegara. Raja Dharmasetia adalah anak dari
Raja Mulawarman, cucu dari Raja Asmawarman, buyut dari Raja Kudungga, Raja
Dharma setia adalah raja terakhir kerajaan Kutai.
2. Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan Traumanegara terletak di
wilayah Jawa Barat dengan pusat kerajaan terletak di sekitar Bogor. Kekuasaan
Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
Sumber yang menjadi bukti berdirinya
Kerajaan Tarumanegara berasal dari berita asing dan dalam negeri. Berita Asing, yaitu dari berita Cina
(Dinasti Tang) yang menyebutkan bahwa seorang pendeta bernama Fa’Hien terdampar
di daerah pantai utara Pulau Jawa. Disana dia menemukan sudah ada masyarakat
yang mendapat pengaruh Hindu yang
diperkirakan merupakan bagian dari masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Berita Dalam Negeri, yaitu dapat
dilihat dari penemuan-penemuan prasasti di daerah Jawa Barat. Prasasti yang
ditemukan itu menerangkan tentang keberadaan Kerajaan Tarumanegara antara lain
P. Ciaruteum, P. Kebon Kopi, P. Jambu, P. Muara Cianten, P. Tugu dan P. Pasir
Awi.
Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh Raja
Purnawarman. Raja Purnawarman berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya, hal
ini dapat dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan bahwa Raja Purnawarman
telah memerintah untuk men ggali satu saluran air yang digunakan sebagai
saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah pertanian rakyat.
Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di
ketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke cina
sampai tahun 669 M. setelah itu tidak di dapatkan lagi berita. Kemungkinan
Tarumanegara di taklukan Sriwijaya (seperti halnya terlulis dalam Prasasti
Prasasti Karang berahi). Sehingga dapat di duga sebagai runtuhnya Tarumanegara.
3. Holing
Letak kerajaan Holing sampai saat ini
belum dapat diketahui dengan pasti dikarenakan belum adanya penemuan berupa
prasasti tentang kerajaan Holing. Meskipun begitu, kerajaan Holing ditinjau
dari segi perekonomiannya, menurut Moens terletak di tepi Selat Malaka yaitu
Semenanjung Malaka. Alasannya, karena tempat itu emrupakan daerah ramai dalam
pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Holing dipimpin oleh Ratu
bernama Sima yang keras, adil dan sangat bijaksana. Hal itu dibuktikan dengan diletakannya
kantong emas di pinggir jalan. Kantong emas itu selama tiga tahun tidak ada
yang menyentuhnya dan suatu ketika Ratu Sima bersama putranya sedang
berjalan-jalan tanpa disengaja sang putra menyentuh kantong emas tersebut. Ratu
Sima yang mengetahui itu, mnejatuhkan hukuman mati kepada putranya namun atas
nasihat pejabat istana, putra mahkota menyatakan tidak bersalah, hukuman mati
batal dilaksanakan tetapi putra Ratu Sima tetap dijatuhi hukuman dengan
memotong jari kaki yang menyentuh kantong tersebut.
4. Kerajaan
Melayu
Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di
daerah Jambi, yaitu di tepi kini-kanan Sungai Batanghari.
5. Kerajaan
Sriwijaya
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang
dikenal oleh hampir seluruh Nusantara. Hal ini disebabkan letak strategis
Kerajaan Sriwijaya yang berada dekat dengan pusat perdagangan yaitu Selat
Malaka. Selat Malaka sendiri merupakan jalur perdagangan antara pedagang Cina
dengan India. Bukti yang menjadi pendukung berdirinya Kerajaan Sriwijaya
berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti. Berita asing terdiri dari
berita Arab, Cina dan India. Berita Arab, banyak pedagang Arab yang melakukan
kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwjaya. Berita Cina, pedagang kerajaan
Sriwijaya telah melakukan hubungan perdagangan dengan pedagang Cina. Berita
India, raja dari Kerajaan Sriwijaya telah melakukan menjalin hubungan dengan
raja-raja di India seperti Kerajaan Nalanda dan Chola.
Untuk berita dalam
negeri dapat dilihat dari 7 buah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya
menjadi kerajaan maritim yang besar pada masanya, hal ini dapat dilihat dari
luasnya wilayah laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya, hal itu juga ditunjang
dengan armada laut Kerajaan Sriwijaya yang kuat dan menjamin pelayaran dan
perdagangan. Selain itu dengan memiliki armada laut yang kuat, Kerajaan
Sriwijaya dapat memaksa perahu dagang untuk singgah di pusat perdagangan
Kerajaan Sriwijaya.
Mundurnya Kerajaan
Sriwijaya disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi. Faktor Politik, Kedudukan
Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena muncul kerajaan-kerajaan besar yang
memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan. Faktor Ekonomi, Para pedagang
yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang
karena daerah strategis yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya jatuh kekuasaan
raja sekitarnya.